Pisang merupakan salah satu jenis tanaman penting, yang kini menghadapi ancaman oleh patogen yang sangat merusak, yaitu bakteri Ralstonia syzygii subsp. selebesensis penyebab penyakit darah pisang (banana blood disease). Penyakit darah menyebar di NTT mula-mula di Pulau Sumba sejak 2012 dan sejak 2022 mulai menyebar di Pulau Flores. Sebagaimana diuraikan dalam artikel Go bananas no more: Socio-economic and biosecurity implications of blood disease of banana in Sumba Island, the Province of East Nusa Tenggara, Indonesia, dan Impacts of banana blood disease outbreak to the farmers' households food security in Sumba Island, East Nusa Tenggara Province, Indonesia, penyakit ini terutama menghancurkan 'Pisang Kepok' (di Kupang disebut 'Pisang Goreng' atau 'Pisang Rote') yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan pokok alternatif, bahan pakan, dan sumber pendapatan rumah tangga. Artikel Diagnostics of banana blood disease menguraikan bahwa tanaman pisang yang terinfeksi penyakit darah akan mengalami daun menguning dan jika infeksi terjadi melalui bunga, buahnya, yang dari luar tampak masih segar, setelah dipotong akan tampak bergejala busuk berlendir. Penyebaran penyakit darah dalam jarak jauh dapat terjadi melalui peralatan yang digunakan pada saat panen, penanaman anakan dari rumpun tanaman sakit, dan dengan perantaraan burung, kelelawar, dan serangga yang mengunjungi bunga pisang sebagaimana diuraikan pada artikel Transmission of blood disease in banana dan Geographic expansion of banana blood disease in Southeast Asia. Masuk dan menyebarnya penyakit darah pada tanaman pisang di Pulau Flores ramai diberitakan oleh media massa, misalnya berita mengenai penyakit darah atau tayangan youtobe mengenai penyakit darah. Untuk mempelajari perkembangan penyakit tersebut, telah dilakukan pengumpulan data mengenai kemajuan penyakit dalam waktu sebagaimana disajikan pada DATA1 dan data mengenai gradien penyakit sebagaimana disajikan pada Tabel 2 dalam KASUS 2.
KASUS 2: digunakan untuk menjawab Pertanyaan 7 sampai Pertanyaan 10
Kesediaan beberapa pakar epidemiologi penhyakit tumbuhan untuk belajar out of the box, keluar dari bidang ilmunya sendiri, untuk belajar memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan analisis data penyakit tumbuhan dapat dilakukan lebih menyeluruh dan lebih cepat dengan menggunakan program aplikasi statistik R. Situs American Phytopathological Society sudah sejak lama menyajikan halaman Ecology and Epidemiology in R yang menguraikan mengenai penggunaan program aplikasi statistika R dalam menganalisis data penyakit tumbuhan, tetapi kemudian situs R4PDE menyajikan dengan disertai package khusus r4pde dan epifitter untuk menganalisis data kemajuan penyakit, gradien penyakit, dan pola spasial penyakit. Sebagai mahasiswa Gen Z yang mempelajari epidemiologi tumbuhan pada era teknologi informasi dan komunikasi, sudah seharusnya Anda dapat memanfaatkan layanan seperti itu dalam menganalisis data penyakit tumbuhan, termasuk data gradien penyakit darah pada tanaman pisang sebagaimana disajikan pada DATA2.
No comments:
Post a Comment