3.4.1.1. Membaca Materi Kuliah
a. Pola Spasial Penyakit Tumbuhan
Pola spasial penyakit berkaitan dengan kedudukan satu satuan penyakit secara relatif satu sama lain dan secara relatif terhadap arsitektur tanaman inang dalam ruang (space). Ruang yang dimaksud dalam hal ini adalah ruang datar dalam sistem salib sumbu (X,Y). Sistem salib sumbu tersebut dapat berskala kecil, misalnya petak pertanaman atau petak lahan, atau berskala besar, misalnya lahan dalam satu kabupaten/kota, satu provinsi, satu negara, atau bahkan beberapa negara. Dalam skala kecil sistem salib sumbu dapat dinyatakan dalam satuan meter dari titik perpotongan sumbu X dengan sumbu Y, sedangkan dalam skala besar sistem salib sumbu dinyatakan dalam koordinat geografik yang terdiri atas derajat lintang dan derajat bujur. Analisis pola spasial penyakit tumbuhan didasarkan pada prinsip dasar dalam geografi bahwa segala sesuatu yang ada di bumi, termasuk penyakit, selalu berkaitan dengan tetangga. Dalam hal ini tetangga dapat berarti tetanggan dalam ruang yang analisisnya kita pelajari pada materi kuliah 3.3 dan pada materi kuliah ini dan tetangga dalam waktu yang analisisnya sudah kita pelajari sebelumnya pada materi kuliah 3.1 dan materi kuliah 3.2.
Pola ruang penyakit tumbuhan juga sering disebut distribusi penyakit tumbuhan, tetapi untuk menghindarkan terjadinya kekacauan pengertian dengan penggunaan istilah distribusi dalam statistika, istilah distribusi penyakit tumbuhan, jika tetap digunakan, sebaiknya disertai dengan spasial sehingga menjadi distribusi spasial penyakit tumbuhan. Dalam statistika, istilah distribusi tidak mempunyai kaitan dengan ruang, melainkan dengan rerata populasi (population mean) μ dan ragam populasi (population variance) ơ2 dari kejadian atau keparahan penyakit (yang diestimasi menggunakan rerata dan ragam sampel). Menghindari kerancuan menjadi penting untuk dilakukan karena dalam menganalisis pola ruang penyakit tumbuhan digunakan teknik analisis yang berdasarkan pada distribusi statistik. Menganalisis pola penyakit dalam ruang merupakan proses untuk menentukan hubungan kedudukan propagul atau penyakit satu sama lain atau dengan kedudukan tanaman. Analisis dilakukan dengan menggunakan: (1) pendekatan analisis statistik atau (2) pendekatan analisis spasial. Berdasarkan pada hasil analisis pola ruang penyakit tumbuhan dapat diperoleh informasi mengenai:
- Karakteristik penyakit dalam ruang guna membuat hipotesis mengenai hubungan antara propagul patogen dan tanaman sakit dengan lingkungannya;
- Pencaran propagul dan perkembangan penyakit dalam ruang untuk memperkaya informasi mengenai perkembangan penyakit dalam waktu dan mengambil keputusan pengelolaan penyakit;
- Parameter pola penyakit dalam ruang yang diperlukan untuk melakukan simulasi dan prakiraan penyakit, sebagaimana akan diuraikan pada materi kuliah selanjutnya.
- Pola ruang acak (random pattern) bila ragam sama dengan rerata (ơ2 = μ),
- Pola ruang mengelompok (aggregated pattern) bila ragam lebih besar dari rerata (ơ2 > μ), atau
- Pola ruang teratur (regular pattern) bila ragam lebih kecil dari rerata (ơ2 < μ).
Gambar 3.4.1. Penyebaran penyakit dalam ruang. Sumber: R4PDE |
b. Pengumpulan Data dan Pemilihan Teknik Analisis Pola Ruang Penyakit Tumbuhan
Analisis pola ruang penyakit tumbuhan dilakukan untuk menentukan hubungan antara propagul atau penyakit dengan posisinya dalam ruang, sedangkan ruang merupakan tempat di mana pengamatan untuk pengumpulan data dilakukan. Oleh karena itu, hasil analisis pola ruang penyakit tumbuhan akan sangat bergantung pada satuan sampel (sample unit) dan sebaran satuan sampel dalam ruang. Berkaitan dengan satuan sampel, pengambilan sampel perlu memperhatikan satuan sampel sebagai berikut:
- Penyakit terdapat pada satuan yang diskret, misalnya penyakit pada individu tanaman yang diskret. Dalam hal ini satuan sampel dapat berupa individu tanaman atau organ tanaman yang bersangkutan;
- Penyakit terdapat pada satuan yang diskret, misalnya pada individu tanaman yang diskret, tetapi patogen dapat menyebar keluar tanaman terinfeksi melalui propagul dalam tanah atau melalui perantaraan vektor. Dalam hal ini, satuan sampel dapat berupa baris tanaman dengan panjang tertentu atau kuadrat pengamatan dengan ukuran tertentu;
- Penyakit tidak terdapat pada satuan diskret, melainkan menyebar secara menyambung di dalam tanah ke tanaman di sekitarnya, sebagaimana misalnya terjadi pada penyakit-penyakit bawaan tanah yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani dan Phymatotrichum omnivorum. Dalam hal ini, satuan sampel dapat berupa kuadrat pengamatan dengan ukuran yang memadai;
- Penyakit terdapat pada satuan yang diskret, misalnya pada individu tanaman, tetapi pengamatan tidak dapat dilakukan terhadap individu tanaman diskret tersebut sebagai satuan sampel, sebagaimana misalnya jika pengamatan dilakukan untuk menentukan keparahan penyakit. Dalam hal ini satuan sampel ditentukan secara khusus yang akan dibahas dalam kaitan dengan teknik analisis data dengan menggunakan teknik autokorelasi spasial.
Berkaitan dengan sebaran satuan sampel dalam ruang, penempatan satuan sampel dalam ruang dilakukan dengan memperhatikan pendekatan dan teknik analisis yang akan dilakukan terhadap data pola ruang penyakit tumbuhan yang dikumpulkan. Mengikuti Madden dkk. (2007b), pendekatan analisis pola ruang penyakit tumbuhan dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama menggunakan data yang dipetakan secara intensif dengan sampel yang diketahui posisi [x,y]-nya dalam ruang. Contohnya adalah antara lain data biner (tanaman sakit atau sehat) pada baris tanam, pola titik lokasi tanaman (susunan spasial titik-titik dalam ruang 2-D), dan data kuadrat (kuadrat ditumpangkan pada data pola titik lokasi). Pendekatan kedua menggunakan data sampel yang jarang berupa data hitungan atau proporsi (insiden) yang tidak diketahui lokasinya atau bila diketahui tidak diperhitungkan dalam analisis. Pada pendekatan pertama diperoleh data dengan posisi [x,y] dalam ruang yang diketahui sehingga berdasarkan tipe posisi datanya dalam ruang dapat dianalisis dengan menggunakan teknik analisis pola ruang sebagai berikut:
- Data biner (binary data) berdasarkan kedudukan tanaman sehat dan sakit dalam baris: dianalisis dengan menggunakan teknik analisis larian (runs analysis), cacahan gabungan (joint count), atau analisus foci (foci analysis).
- Data pola titik (point-pattern data), berupa data tanaman sakit atau sehat dengan posisi [x,y] yang diketahui: dianalisis dengan menggunakan teknik cacahan kuadrat (quadrat count) atau uji Kolmogorov-Smirnov spasial (Spatial K-S test)
- Data gabungan (grouped data), berupa jumlah tanaman sakit/sehat atau keparahan penyakit dari sejumlah tanaman yang dalam sejumlah kuadrat dengan posisi [x,y] yang diketahui: dianalisis dengan menggunakan teknik otokorelasi (autocorrelation, juga dikenal sebagai uji Moran I, Moran's I test, semiragam (semivariances), atau SADIE (spatial analysis by distance indices)
- Data jarak antar tanaman sakit (distance-based data) dalam ruang tanpa kedudukan dalam ruang: dianalisis dengan menggunakan teknik uji K Ripley (Ripley's K) atau statistik cincin O (O-ring statistics).
Pada pendekatan kedua diperoleh data dengan posisi [x,y] dalam ruang yang tidak diketahui sehingga analisis pola ruang tidak dapat dilakukan berdasarkan tipe posisi datanya dalam ruang. Dalam hal ini analisis pola ruang penyakit tumbuhan dilakukan dengan menggunakan teknik analisis penyuaian distribusi statistik (fit to statistical distributions), indeks agregasi (aggregation indices), atau Power Law. Selain dengan menggunakan teknik analisis statistik, data dengan posisi [x,y] dalam ruang yang diketahui dapat dianalisis dengan menggunakan teknik analisis SIG (sistem informasi geografik, Geographic Information Systems, GIS).
c. Analisis Pola Spasial Penyakit Tumbuhan dengan Menggunakan Teknik-teknik Analisis StatistikAnalisis pola spasial penyakit tumbuhan dengan menggunakan berbagai teknik analisis statistik, terutama teknik-teknik statistika spasial (spatial statistics), yaitu cabang dari statistika yang berfokus pada data yang berkaitan dengan ruang dan hubungan keruangan (seperti jarak, luas, volume, panjang, tinggi, orientasi, sentralitas dan/atau sifat keruangan lainnya) secara langsung dalam dalam melakukan analisisnya. Penggunaan teknik-teknik statistik dalam menganalisis pola spasial penyakit tumbuhan bergantung kepada bagaimana cara mengumpulkan data spasial yang akan dianalisis sebagaimana telah diuraikan pada bagian b. Pada dasarnya, data yang dikumpulkan dengan posisi [x,y] merupakan data intensif, sedangkan data yang dikumpulkan tanpa posisi [x,y] merupakan data ekstensif. Posisi [x,y] dalam hal ini dapat merupakan jarak x dan jarak y ke titik acuan atau koordinat geografik lintang dan bujur dalam ruang yang sangat luas.
Gambar 3.4.2. Deretan tanaman sakit (merah gelap) dan tanaman sehat (abu-abu), angka menyatakan posisi tanaman. Sumber: R4PDE |
Gambar 3.4.3. Peta posisi tanaman semangka sakit (merah gelap) dan posisi tanaman sehat (abu-abu) hasil pengamatan pada 65 hari setelah tanam dalam matriks posisi [x,y]. Sumber: R4PDE |
Gambar 3.4.4. Peta posisi tanaman sakit (merah tua) sebagai fokus atau sebagai fosi di antara tanaman sehat (abu-abu), Perhatikan terdapat satu fokus tanaman sakit (kanan bawah) dan tiga foci tanaman sakit (kanan atas serta kanan atas dan bawah). Pada fosi kanan atas 5 tanaman membentuk fosi karena berbatas sudut, pada kiri atas 5 tanaman membentuk fosi karena berbatasan garis, dan pada kiri bawah 11 tanaman salit membentuk fosi karen 1 tanaman sakit berbatasan sudut dan 10 tanaman sakit lainnya saling berbatasan garis. Sumber: R4PDE |
- Jumlah fosi (NF) dan jumlah fokus (NSF). Untuk melakukan perbandingkan antar petak dengan jumlah tanaman yang berbeda, jumlah fosi dan jumlah fokus dapat dinormalisasi terhadap 1000 ranaman sebagai NF1000 dan NSF1000.
- Jumlah tanaman yang tergabung dalam fosi ke-i (NPFi)
- Jumlah maksimum baris yang ditempati tanaman sakit dalam fosi ke-i (rfi) dan jumlah maksimum kolom yang ditempati tanaman sakit dalam kolom ke-i (cfi)
- Rerata indeks bentuk fosi (shape index of foci, SIF) dihiitung sebagai: meanSIF = [∑(fri / cfi)]/NF; jika nilai SIF values = 1.0 menyatakan fosi berbentuk isodiametris; nilai SIF > 1.0 menyatakan fosi dengan panjang yang lebih besar pada arah antar baris tanaman daripada dalam baris tanaman, dan nilai SIF < 1 menyatakan fosi dengan panjang yang lebih besar dalam baris daripada antar baris tanaman.
- Rerata indeks kekompakan fosi (mean compacness index of foci, CIF) dihitung sebagai meanCIF = [∑(NPFi/rfi*cfi)]/NF; jika nilai CIF yang mendekati 1,0 menunjukkan fosi yang lebih kompak, yaitu agregasi dan kedekatan yang lebih besar dantar semua tanaman sakit yang termasuk dalam fosi.
- Plot fungsi K berupa garis dengan sudut = 45o: titik-titik terdistribusi dengan pola acak,
- Plot fungsi K berupa garis dengan sudut > 45o: titik-titik terdistribusi dengan pola mengelompok,
- Plot fungsi K berupa garis dengan sudut < 45o: titik-titik terdistribusi dengan pola teratur
- Plot cincin-O berupa kurva datar: titik-titik tipe 2 terdistribusi secara acak di sekitar titik-titik tipe 1, berarti jumlah titik tipe 2 tidak berubah terhadap jarak ke titik tipe 1.
- Plot cincin-O berupa kurva yang miring ke atas: titik-titik tipe 2 terdistribusi secara mengelompok di sekitar titik-titik tipe 1, berarti jumlah titik tipe 2 meningkat seiring dengan semakin dekat dengan titik tipe 1.
- Plot cincin-O berupa kurva yang miring ke bawah: titik-titik tipe 2 tersebar secara teratur di sekitar titik-titik tipe 1, berarti jumlah titik tipe 2 semakin berkurang seiring dengan semakin dekat dengan titik tipe 1.
- Indeks Clark & Evans: DCE=2-2sqrt(pd), dalam hal ini d=adalah jarak rata-rata antara tanaman sakit acak ke tanaman sakit terdekat;
- Indeks Hopkins & Skellam: DHS=w/wi, dalam hal ini w=kuadrat jarak rata-rata antara titik acak dengan tanaman sakit terdekat dan wi=kuadrat jarak rata-rata antara tanaman sakit acak dengan tanaman sakit terdekat;
- Indeks Pielou: DP=pi*p*w, dalam hal ini w=kuadrat jarak rata-rata antara titik acak dengan tanaman skit terdekat, p=nilai duga kerapatan tanaman berpenyakit (kejadian penyakit), dan pi= 3.141592653589793238.
Selain menggunakan teknik-teknik analisis statistik spasial, analisis pola spasial juga dapat dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografik (SIG). Program aplikasi SIG berbeda dari statistika spasial terutama dalam menyajikan hasil analisis dalam bentuk peta formal, yang dalam melakukan analisisnya juga menggunakan teknik-teknik analisis spasial sebagaimana misalnya statistika spasial pada program aplikasi QGIS. Teknik-teknik analisis geostatistik yang lazim diintegrasikan dengan SIG antara lain adalah analisis autokorelasi spasial (spatial autocorrelation analysis) yang sudah dibahas pada bagian c dan teknik interpolasi spasial dengan metode Kriging, Inverse Distance Weighting (IDW), dan Kernel Density Estimation (KDE). Untuk mempelajari penggunaan pendekatan analisis spasial dengan menggunakan teknik-teknik SIG memerlukan pengetahuan yang memadai mengenai SIG sehingga tidak memungkankan untuk membahasnya secara menyeluruh dalam materi kuliah ini. Namun demikian, SIG sebenarnya sudah dimanfaatkan dalam kehidupan seharai-hari melalui layanan pemesanan dan pengantaran barang secara daring serta transportasi secara daring. Pemanfaatan SIG dalam kehidupan sehari-hari juga dilakukan dalam bentuk aplikasi berbasis spasial pada ponsel, sebagaimana misalnya aplikasi Google Maps dan aplikasi sejenis lainnya Google Earth. Bahkan untuk menentukan koordinat lokasi, yang selama ini dilakukan dengan menggunakan alat yang biasa disebut GPS (global positioning systems), kini dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi seperti misalnya aplikasi GPS Data dan GPS Essentials yang dapat dipasang ke ponsel dari Google Play Store. Uraian pada materi kuliah ini diberikan hanya untuk memberikan dasar-dasar SIG dan menggunakan aplikasi yang tersedia secara daring untuk menganalisis pola spasial penyakit.
Gambar 1. Peta 3-D Inverse Distance Weighting (IDW) Penyakit visrus pada labu zucchini di kawasan savana pesisir Gana. Sumber: Gyamera et al. (2015) Spatial and Temporal Spread Patterns of Viral Diseases on a Zucchini Squash Field in the Coastal Savannah Zone of Ghana |
Untuk melakukan analisis pola penyakit dalam ruang dengan menggunakan pendekatan SIG, terlebih dahulu perlu dipahami bahwa titik, garis, dan bidang datar terdiri atas data spasial dan data atribut. Data spasial adalah data yang menunjukkan letak titik, garis atau bidang datar pada permukaan bumi, lazim dinyatakan dalam koordinat geografik. Data atribut adalah data mengenai karakteristik titik, garis, atau bidang datang tersebut, misalnya titik tanaman sakit, garis yang menyatakan baris tanaman sakit, atau bidang yang menyatakan kuadrat sampel tanaman sakit dapat mempunyai knilai kejadian penyakit, keparahan penyakit, atau cacahan penyakit sebagai atribut. Letak titik, garis, atau bisang yang memuat data atribut penyakit tersebut dinyatakan sebagai koordinat geografik ynag terdiri atas garis lintang (sumbu X) dan garis bujur (sumbu Y), lazim dinyatakan dalam derajat (tetapi juga dalam jarak). Garis lintang 0o disebut katulistiwa (equator), sedangkan garis bujur 0o disebut garis bujur Greenwich karena melalui kota tersebut di Inggris. Dari katulistiwa ke kutub utara atau ke kutub selatan terbagi menjadi 90o Lintang Utara (LU) dan 90o Lintang Selatan (LS), sedangkan dari garis bujur Greenwich ke Timur atau ke Barat terbagi menjadi 180o Bujur Timur (BT) dan 180o Bujur Barat (BB). Setiap derajat terdiri atas 60 menit dan setiap menit terdiri atas 60 detik. Koordinat geografik dapat dinyatakan dalam satuan dengan format derajat, menit, dan detik atau dalam format derajat desimal, keduanya dapat saling dikonversi. Selain dalam satuan derajat, koordinat geografik juga dapat dinyatakan dalam format Universal Transverse Mercator (UTM) dalam satuan ribuan m ke arah Utara (Northing) dan ribuan m ke arah Timur (Easting).
Untuk mempelajari seperti apa sistem koordinat geografik itu dalam praktik,
Anda dapat menggunakan program aplikasi Google Earth Pro. Silahkan
masuk ke situs Google Earth dan kemudian pilih apakah akan menjalankan secara daring (Google Earth on web) (memerlukan kecepatan Internet tinggi), menggunakan komputer (Google Earth on desktop), atau menggunakan ponsel (Google Earth on mobile).
Google Earth on web bisa dijalankan dengan menggunakan komputer maupun
ponsel yang terhubung ke Internet dengan kecepatan yang memadai. Untuk
menjalankan Google Earth on desktop maupun Google Earth on mobile,
silahkan klik tautan masing-masing ketika membuka halaman Google Earth
menggunakan komputer atau menggunakan ponsel. Untuk menjalankan Google
Earh menggunakan komputer perlu terlebih dahulu memasang program Google Earth Pro on desktop, demikian juga untuk menjalankan dengan ponsel, perlu mempasang app Google Earth Pro on mobile.
Silahkan buka Google Earth Pro yang Anda pilih. Klik bagian Menu, pilih
Setting, dan kemudian cari pilihan Format and Units. Untuk pilihan Unit
of measurement, silahkan pilih Meters and Kilometers dan untuk pilihan
Latitude/Longitude Formating, silahkan pilih dahulu Degrees, Minutes,
Seconds lalu periksa angka koordinat di bagian kanan bawah layar.
Kemudian klik kembali Menu dan pilih Latitude/Longitude Formating, tapi
sekarang pilih Decimal dan periksa angka koordinat di bagian kanan bawah
layar. Angka koordinat yang tertera menunjukkan posisi kursor di layar
dalam satuan koordinat derajat, menit, detik atau dalam satuan derajat
desimal. Cari lokasi rumah atau tempat kos masing-masing, setelah
menemukannya, klik tombol Add placemark dan klik lokasi tumah atau
tempat kos. Perhatikkan koordinat geografik rumah atau tempat kos yang
telah Anda klik.
Data lokasi dalam SIG disimpan sebagai file dalam format khusus, yang paling umum
digunakan adalah format SHP. Selain dengan cara mengklik di layar
Google Earth, koordinat lokasi dapat diukur dengan
menggunakan alat khusus yang disebut alat penerima GPS khusus atau alat
penerima GPS yang diintegrasikan dengan posel. GPS merupakan singkatan
dari Global Positioning System dan terdiri atas tiga segmen, masing-masing disebut space segment (satelit), control segment (statisun pengendali), dan user segment
(alat penerima). Alat penerima GPS khusus atau yang terintegrasi dengan
ponsel merupakan bagian dari user segment. Untuk mengecek apakah ponsel
yang Anda miliki sudah mempunyai alat penerima GPS, silahkan cek apakah
Anda sudah menggunakan aplikasi Gojek, Grab, atau sejenisnya untuk
bepergian ke suatu tempat atau memesan sesuatu. Jika ya berarti ponsel
Anda sudah mempunyai alat penerima GPS. Untuk menggunakan ponsel yang
sudah dilengkapi dengan alat penerima GPS untuk mengukur dan merekam
koordinat geografik, seperti misalnya koordinat geografik tanaman sakit, silahkan pasang aplikasi (apps) untuk merekam koordinat
geografik dengan menggunakan ponsel. Ada beberapa aplikasi yang dapat
digunakan untuk merekam koordinat geografik dengan menggunakan GPS
ponsel, dua di antaranya yang saya pernah coba adalah GPS Essentials (unduh panduan) dari Google Play Store (GPS Essentials).
Setelah terpasang di ponsel, pelajari cara menggunakannya
untuk mengukur koordinat geografik dengan cara mencatat secara manual
dan dengan cara merekam sebagai Waypoint.
Data koordinat yang direkam
secara otomatis dengan menggunakan alat penerima GPS disimpan dalam
format file GPX, bukan dalam format SHP. Perlu dicatat, sinyal GPS
diterima ponsel secara gratis, tidak berbayar sebagaimana halnya paket data ponsel, kecuali ketika Anda menggunakan AGPS (Assisted GPS), yaitu
GPS yang menerima sinyal melalui provider (dengan mematikan fitur lokasi pada ponsel).
Setelah merekam data koordinat sebagai Waypoint dengan
menggunakan GPS Essentials, file data hasil
rekaman dapat diimpor ke, yaitu dimasukkan dan dibuka dengan, Google
Earth. Caranya bergantung pada alat yang digunakan untuk merekam data
koordinat:
- Jika data koordinat direkam dengan menggunakan alat penerima GPS khusus, dilakukan dengan menghubungkan alat penerima GPS ke komputer, mengklik menu Tools pada Google Eart Pro, dan kemudian memilih GPS
- Jika data koordinat direkam dengan menggunakan ponsel dengan bantuan apps GPS Essentials, file data diimpor dengan mengklik menu File lalu pilih Open dan kemudian pilih file yang akan dibuka.
Jika Anda mengalami kesulitan mengimpor file yang direkam dengan menggunakan GPS Essentials langsung ke Google Earth Pro, silahkan ubah terlebih dahulu file dari format asal ke format KML/KMZ atau format CSV (Google Earth menggunakan file dalam format ini). Anda dapat melakukan pengubahan format file secara daring dengan menggunakan layanan GPS Visualizer. Setelah file Anda konversi ke format KML/KMZ, file dapat Anda impor ke Google Earth atau ke layanan My Maps, layanan pemetaan daring berbasis Google Maps yang dapat Anda bagikan melalui media sosial. Untuk menggunakan layanan My Maps, terlebih dahulu Anda harus membuka Google dan melakukan login dengan menggunakan program aplikasi peramban yang Anda gunakan (misalkan saja Chrome). Setelah melakukan login, ketik My Maps di dalam kotak dan kemudian klik pilihan My Maps yang tampil. Untuk memulai silahkan membuat peta baru dengan mengklik Create a New Map. Dengan menggunakan My Maps Anda dapat melakukan:
- Membuat peta dengan cara mengimpor file hasil perekaman koordinat dengan menggunakan alat penerima GPS atau ponsel;
- Membuat peta dengan mengklik di layar dengan menggunakan menu yang disediakan sebagaimana Anda membuat peta dengan menggunakan Google Earth Pro.
- Membagikan peta yang Anda buat dengan menggunakan layanan My Maps melalui media sosial dengan mudah dengan cara memasang aplikasi My Maps dari Google Play Store ke ponsel Anda.
- Menganalisis pola spasial penyakit, dengan menggunakan data geospasial yang dikumpulkan sendiri dan dilengkapi dengan data geospasial yang diunduh dari berbagai situs yang menyediakan data geospasial, yang kemudian diintegrasikan dengan statistika spasial, sebagaimana yang dilakukan untuk menganalisis pola spasial genotipe Phytophthora infestans dan hubungannya dengan penyakit hawar lambat dalam hamparan produksi kentang dan tomat di Mexico.
- Mendukung pengambilan keputusan dalam pengelolaan penyakit sebagaimana Crop Crisis Control Project menggunakan SIG dalam pengelolaan penyakit sebagai sarana untuk memvisualisasi data penyakit dan tanaman, mengekstrapolasi penyakit dan kerusakan yang ditimbulkannya, menentukan target lokasi pengendalian penyakit, dan memodelkan pola penyebaran penyakit (disease spread).
- Mengintegrasikan analisis kemajuan penyakit dalam waktu (yang telah dipelajari pada materi kuliah 3.1 dan 3.2 dan pola spasial penyakit yang telah Anda pelajari pada materi kuliah 3.2 dan pada materi kuliah ini) sebagaimana yang dilakukan oleh Laboratorium SIG Departement Penyakit Tumbuhan Universitas Arizona, AS, terhadap penyakit Cotton Leaf Curl Virus (CLCuV) di Pakistan.
- Merancang program pengendalian penyakit tanaman sebagaimana telah dilakukan terhadap penyakit virus di Amerika Serikat dan untuk mengevaluasi penyakit sebagaimana dilakukan terhadap penyakit moko di Columbia,
- Menganalisis pengaruh faktor geografik, khususnya lanskap, terhadap perkembangan penyakit dalam waktu maupun dalam ruang sebagaimana dibahas oleh Plantegenest et al. (2007) dalam artikelnya Landscape epidemiology of plant diseases, dengan mengintegrasikan dengan geostatistika untuk menilai dampak lanskap terhadap dinamika penyakit tumbuhan, menilai peranan lanskap dalam menahan ancaman pemencaran propagul global serta kontribusi ketersediaan inang pengganti (alternative host) dan kontribusi inang penggilir (alternate host) terhadap perkembangan penyakit, menganalisis pengaruh dinamila lanskap terhadap perkembangan penyakit dan pengaruh konektivitas lanskap terhadap permebangan penyakit, serta menganalisis pengaruh karakteristik lanskap terhadap dinamika evolusioner patogen
- Applied Spatial Data Analysis with R: menyajikan skrip dan dataset R untuk buku berjudul sama, silahkan unduh buku gratis
- Aplikasi shiny SpatialEpiApp serta package epiflows dan rspatialdata dari situs GeoHealth, situs penulis buku Spatial Statistics for Data Science: Theory and Practice with R
- Sparks, A.H., P.D. Esker, G. Antony, L. Campbell, E.E. Frank, L. Huebel, M.N. Rouse, B. Van Allen, and K.A. Garrett. 2008. Ecology and Epidemiology in R: Spatial Analysis. The Plant Health Instructor. DOI:10.1094/PHI-A-2008-0129-04..
- Mudita, I W., (2013). Membuat Kurva dan Menghitung LDBK untuk Menganalisis Perkembangan Penyakit Tumbuhan. Blog Epidemiologi Penyakit Tumbuhan (versi lama). Diakses dari: http://muditaept.blogspot.com/2013/11/membuat-kurva-dan-menghitung-ldbk-untuk.html
- What is GIS dari situs Geographyrealm
Setelah mempelajari materi kuliah 3.2. dan materi kuliah 3.3, silahkan kunjungi halaman Primary and Secondary Gradients dan halaman Lloyd's Index of Patchiness pada situs American Phytopathological Soeciety (APS). Pada setiap situs, silahkan baca uraian mengenai data yang dianalisis dan kemudian periksa perintah R yang digunakan untuk menganalisis data. Selanjutnya silahkan lakukan:
- Setelah memahami uraian mengenai data penyakit yang dianalisis halaman Primary and Secondary Gradients, silahkan salin perintah R yang diberikan pada halaman tersebut ke aplikasi Notepad, simpan dengan nama file GradienPenyakitTomat_skripR.txt pada drive D:\\LatihanR lalu panggil data melalui RStudio dengan mengklik File>Open File, lalu coba jalankan perintah bagian demi bagian. Jika terjadi kesalahan, coba periksa jangan sampai terjadi kesalahan ketik. Setelah tidak terjadi kesalahan, simpan kembali file sebagai skrip dengan mengklik File>Save as untuk menyimpan file sebagai file skrip pada folder D:\\LatihanR.
- Setelah memahami uraian mengenai data penyakit yang dianalisis halaman Lloyd's Index of Patchiness, silahkan salin perintah R yang diberikan pada halaman tersebut ke aplikasi Notepad, simpan dengan nama file IndeksKeterkelompokanLloyd_skripR.txt pada drive D:\\LatihanR lalu panggil data melalui RStudio dengan mengklik File>Open File, lalu coba jalankan perintah bagian demi bagian. Jika terjadi kesalahan, coba periksa jangan sampai terjadi kesalahan ketik. Setelah tidak terjadi kesalahan, simpan kembali file sebagai skrip dengan mengklik File>Save as untuk menyimpan file sebagai file skrip pada folder D:\\LatihanR.
- Silahkan pelajari cara menggunakan layanan My Maps untuk menyimpan dan menampilkan data lokasi pengamatan penyakit tumbuhan lalu gunakan My Maps untuk lokasi pengamatan penyakit bercak daun kacang tanah yang selama ini telah Anda lakukan. Gunakan citra satelit sebagai peta dasar lalu beri nama peta dan nama layer (lapisan peta) sesuai dengan apa yang Anda petakan. Setelah peta selesai Anda buat, silahkan atur agar peta dapat dibagikan lalu gunakan tautan pembagian peta untuk menjawab pertanyaan tugas ini.
- Menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya pada Rabu, 13 Maret 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah menandatangani, memeriksa daftar hadir yang telah ditandatangani;
- Menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas selambat-lambatnya pada Senin, 18 Maret 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah menyampaikan, memeriksa untuk memastikan bahwa laporan sudah masuk.
Hak cipta blog dan tulisan: I Wayan Mudita
Mengapa hasil analisis pola penyakit dalam ruang akan sangat bergantung pada satuan sampel?
ReplyDeleteMenurut saya:karena pola penyakit dalam ruang berkaitan dengan kedudukan satu satuan penyakit secara relatif satu sama lain dan secara relatif terhadap arsitektur tanaman inang dalam ruang tersebut.
Deletekarena pola penyakit dalam ruang berkaitan dengan kedudukan satu satuan penyakit secara relatif satu sama lain dan secara relatif terhadap arsitektur tanaman inang dalam ruang.
DeleteBagaimana cara mengetahui dan menganalisis pola penyakit pada tanaman apakah termasuk dalam berpola acak,mengelompok atau berpola teratur...!
ReplyDeleteDengan menggunakan nalisis pola penyakit dalam ruang menghasilkan parameter rerata (means) μ dan ragam (variances) ơ2. Berdasarkan atas perbandingan antara kedua parameter tersebut dapat ditentukan pola penyakit dalam ruang sebagai berikut:
DeleteBerpola acak (random pattern) bila ragam sama dengan rerata (ơ2=μ),
Berpola mengelompok (aggregated pattern) bila ragam lebih besar dari rerata (ơ2>μ), atau
Berpola teratur (regular pattern) bila ragam lebih kecil dari rerata (ơ2<μ).
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMenganalisis pola penyakit dalam ruang dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis statistik dan pendekatan analisis spasial.Dari kedua pendekatan analisis tersebut, pendekatan analisis apa yang lebih mudah di lakukan dan paling sering digunakan?
ReplyDeleteMengapa Analisis pola penyakit dalam ruang dengan menggunakan pendekatan analisis spasial dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik analisis geostastika dan teknik-teknik analisis sistem informasi geografik ?
ReplyDeletePada analisis statistik dan analisis spasial apa kelebihan dan kekurangan dari masing masing analisis tersebut
ReplyDeleteMengapa Untuk melakukan analisis pola penyakit dalam ruang dengan menggunakan pendekatan sistem analisis geografik?
ReplyDeleteApa tujuan dari Menganalisis Perkembangan Penyakit dalam Ruang 2: Pola Penyakit dalam Ruang dengan Teknik Analisis Statistik dan Teknik Analisis Spasial?
ReplyDeletemenurut saya kita dapat mengetahui pemencaran patogen menghasilkan sebaran penyakit dan pola penyakit dalam ruang. Pola sebaran penyakit yang berkaitan dengan perubahan kejadian atau keparahan penyakit dalam jarak, sedangkan pola penyakit dalam ruang terkait dengan satu satuan penyakit secara relatif satu sama lain dan secara relatif terhadap arsitektur tanaman inang.
DeleteBaik Pak
ReplyDeleteDisini saya ingin bertanya apa manfaat yang didapatkan dari menganalisis perkembangan Penyakit dalam ruang manfaat dari menggunakan sistem analisis geografis?
Terimakasih Pak
Menurut saya manfaat dari menganalisis perkembangan penyakit dalam ruang adalah untuk menentukan hubungan kedudukan propagul atau penyakit satu sama lain atau dengan kedudukan tanaman.
DeleteBagaiamana penentuan satuan sampel. Dalam , ukuran kuadrat dapat ditentukan secara arbitrer
ReplyDeleteMengapa Analisis Pola Penyakit dalam Ruang dengan Menggunakan Pendekatan Analisis Spasial
ReplyDeletemengapa pola penyakit dalam ruang juga sering disebut distribusi penyakit.jelaskan
ReplyDeleteMengapa analisis pola penyakit dalam ruang harus dilakukan dengan menggunakan pendekatan dua dimensi? Jelaskan
ReplyDeleteTerima kasih🙏
Seperti apa itu pola Mengalisis penyakit menggunakan pendekatan analisis
ReplyDeletePola menganalisis penyakit berarti kita menganalisi suatu penyakit dengan menggunakan analisis seperti pendekatan analisis statistik dan danalisis spasial
DeleteHal hal apa saja yang harus diperhatikan pada saat menentukan uji statistik yang akan digunakan?
ReplyDeleteTerimakasih🙏🙏
Jenis penelitian apa yang akan digunakan, apakah deskriptif atau inferensial.
DeleteMenentukan variabel mana yang akan masuk ke variabel dependent dan independent.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMengapa analisis pola penyakit dalam ruang dengan menggunakan pendekatan analisis spasial harus menggunakan sistem informasi geografik?
Deletefaktor apa yang menyebabkan analisis pola penyakit bergantung pada satuan sampel (sample unit) dan sebaran sampel dalam ruang? Terima kasih
ReplyDeletePola penyakit dalam ruang berkaitan dengan kedudukan satu satuan penyakit secara relatif satu sama lain dan secara relatif terhadap arsitektur tanaman inang dalam ruang. Ruang yang dimaksud dalam hal ini adalah ruang datar dalam sistem salib sumbu (X,Y). Sistem salib sumbu tersebut dapat berskala kecil, misalnya petak pertanaman atau petak lahan, atau berskala besar.
DeleteBaik terima kasih atas waktunya.
ReplyDeleteDalam materi di atas jelaskan bahwa Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis statistik dan pendekatan analisis spasial.
Yang saya ingin tanyakan adalah bagaimna cara menentukan kedua cara di atas?
Terima kasih.
Mengapa Sehingga Pendekatan dua dimensi harus didasarkan pada kedudukan tanaman sehat dan sakit dalam ruang kuadrat yang ditempatkan secara acak, mengikuti transek, atau dalam pola jaring (grid).
ReplyDeletejelaskan bagaimana Membuat peta dengan cara mengimpor file hasil perekaman koordinat dengan menggunakan alat penerima GPS atau ponsel
ReplyDeleteterkait dengan aplikasi dimateri dijelaskan bahwa perseberan penyakit bisa digunakan menggunakan grafik 3D, kira-kira lebih efektif menggunakan mode spasial atau apakah statistik pak? Atau apakah keduanya saling melengkapi pak?
ReplyDeleteApa tujuan dari menganalisis perkembangan penyakit dalam Ruang dengan menggunakan Teknik Analisis Statistik dan Teknik Analisis Spasial?
ReplyDeleteDalam melakukan analisis pola penyakit dalam ruang, mengapa harus menggunakan menggunakan pendekatan sistem analisis geografik?
ReplyDeleteMenganalisis pola penyakit dalam ruang merupakan proses untuk menentukan hubungan kedudukan propagul atau penyakit satu sama lain atau dengan kedudukan tanaman. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis statistik dan pendekatan analisis spasial.
ReplyDeletePertanyaannya selain dua pendekatan ini apakah ada pendekatan lain?
Mmgapa analisis dan pola penyakit dalam ruang menghasilkan parameter rerata?
ReplyDeleteAgar Parameter yang diperoleh dari melakukan analisis pola penyakit dalam ruang dengan menggunakan pendekatan dua dimensi ini sangat diperlukan untuk membuat rancangan pengambilan sampel, di antaranya rancangan pengambilan sampel beruntun (sequential sampling) sebagai dasar pengambilan keputusan melakukan tindakan pengendalian penyakit.
DeleteBagaimana cara mengatasi kerancuan dalam menganalisis pola penyakit dalam berdasarkan pada distribusi statistik?
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete1. Apakah ada hubungan antara jumlah sampel dengan hasil analisis pola penyakit dalam ruang?
ReplyDeleteDiantara pendekatan analisis spasial dan pendekatan analisis statistik, pendekatan mana yang hasilnya paling akurat dan mudah untuk digunakan?
ReplyDeleteAnalisis statistik, Tetapip polar dalam ruangjruang sering disebut distribusi penyakit, tetapi untuk menghindarkan terjadinya kekacauan dengan penggunaan istilah distribusi dalam statistika, istilah distribusi penyakit, jika tetap digunakan, sebaiknya disertai dengan spasial sehingga menjadi distribusi spasial penyakit. Dalam statistika, istilah distribusi tidak mempunyai kaitan dengan ruang, melainkan dengan rerata populasi (population mean) μ dan ragam populasi (population variance) ơ2 dari kejadian atau keparahan penyakit (yang diestimasi menggunakan rerata dan ragam sampel). Menghindari kerancuan ini menjadi penting untuk dilakukan karena dalam menganalisis pola penyakit dalam ruang digunakan teknik analisis yang berdasarkan pada distribusi statistik.
DeleteUntuk Menganalisis pola penyakit dalam ruang dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis statistik dan pendekatan analisis spasial.Dari kedua pendekatan analisis , pendekatan apakah yang paling mudah dilakukan?
ReplyDeleteapa yang dimaksud denganPola Penyakit dan Anslisis Pola Penyakit dalam Ruang?
ReplyDeletepola penyebaran penyakit atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan, beserta faktor-faktor yang dapat memengaruhi kejadian tersebut.
DeleteBagaimana cara melakukan analisis pola penyakit dalam ruang dengan menggunakan pendekatan sistem analisis geografik ?
ReplyDeleteBagaimana cara menganalisis pola penyakit dalam ruang yang dalam keadaan bagaimana perlu digunakan pendekatan analisis statistik ?
ReplyDeleteBagaimana cara Analisis Pola Penyakit dalam Ruang dengan Menggunakan Pendekatan Analisis Spasial?
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
Deletedilakukan dengan menggunakan teknik-teknik analisis geostastika dan teknik-teknik analisis sistem informasi geografik. Analisis dengan menggunakan teknik-teknik analisis geostatistika antara lain adalah teknik analisis autokorelasi spasial (spatial autocorrelation analysis) dan teknik interpolasi spasial dengan metode Kriging, Inverse Distance Weighting (IDW), dan Kernel Density Estimation (KDE). Teknik-teknik analisis geostatistika dapat dipadukan ke dalam analisis dengan menggunakan sistem informasi geografik.
DeleteMengapa kita harus menganslisis Pola Penyakit dalam Ruang?
ReplyDeleteuntuk menentukan dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat adanya interaksi antara populasi inang
Deletepatogen yang dipengaruhi oleh faktor fisik, biotik dan manusia
Kenapa analisis pola penyakit dalam ruang dilakukan dengan pendekatan satu dimensi, dua dimensi, atau jarak antar tanaman sakit?
ReplyDeleteApa yang dimaksud dengan berpola acak, kelompok dan terartur, dalam pendekatan analisis statistik?..
ReplyDeleteMengapa Pola penyakit dalam ruang juga sering disebut distribusi penyakit?
ReplyDeletekarena penyakit dalam ruang terjadi karena adanya penyebaran penyakit dari suatu tanaman terinfeksi ke tanaman lainnya dalam suatu ruang sehingga dapat disebut sebagai distribusi penyakit
DeleteMengapa Untuk melakukan analisis pola penyakit dalam ruang dengan menggunakan pendekatan sistem analisis geografik?
ReplyDeleteApa yang di maksut dengan pola bercak acak
ReplyDeleteBagaimana melakukan analisi menggunakan pendekatan analisis spasial?
ReplyDeleteJelaskan cara mengetahui hipotesis mengenai hubungan antara propagul patogen dan tanaman sakit dengan lingkungannya ?
ReplyDeleteManakah diantara analisis statistik dan analisis SIG yang lebih akurat hasilnya?
ReplyDeleteKedua metode memiliki kelebihan masing-masing, dan pilihan yang tepat tergantung pada kebutuhan dan tujuan dari analisis.
DeleteParameter yang diperoleh dari melakukan analisis pola penyakit dalam ruang dengan menggunakan pendekatan dua dimensi ini sangat diperlukan untuk membuat rancangan pengambilan sampel.apakah masih ada cara lain untuk membuat rancangan pemgambilan sampel selain parameter?
ReplyDeleteUntuk menentukan analisis ststistik dan analisis SIG tergantung pada orang yang mahir dalam penggunaan komputer agar hasilnya bisa mendapatlan akurat
ReplyDeleteBagaimana Data Pola Titik: Cacahan Kuadrat?
ReplyDeleteBagaimana memperoleh data pola titik cacahan kuadrat?
ReplyDelete